Oleh: Baharudin
Anak Bupati, jauh lebih mudah untuk jadi Bupati.
Anak DPR, jauh lebih mudah untuk jadi DPR.
Pun juga anak seorang Aktivis, jauh lebih mudah untuk jadi Aktivis.
Saya tidak berbohong pun juga tidak sedang bercanda. Hal itu bisa kita temui dimanapun di seluruh negara kepulauan ini, termasuk di Kabupaten Bangkalan.
Hidup di negara atau di Kabupaten tercinta ini, kecerdasan dan kecakapan tidak terlalu dibutuhkan, karena untuk bisa “Jadi Orang”, yang sangat kita perlukan hanya satu : Akses.
Anak Bupati anak DPR dan anak Aktivis mereka lebih mudah untuk meneruskan jejak ayahnya karena mereka memiliki akses kesana. Mulai dari akses pengetahuan, akses lapangan hingga akses kekuasaan.
Saya yakin banyak orang menyadari itu, dan saya mendengar banyak sekali petuah dari orang-orang yang saya anggap berhasil “Jadi Orang” di Kota Dzikir dan Sholawat ini tentang perlunya akses.
Sialnya, yang paling berperan dalam hal ini adalah akses Kekuasaan. Oh mungkin kata “Sial” terdengar buruk, tapi saya belum menemukan kata lain yang pas untuk menggantikannya.
Mengandalkan akses kekuasaan untuk mendapatkan sesuatu itu beresiko tinggi. Jika diingat- ingat, kata lain dari Akses Kekuasaan untuk mendapatkan sesuatu adalah Nepotisme, karena orang lebih mudah memberikan sesuatu pada orang terdekatnya, kerabat atau sanak keluarga dan di masa lalu, saya yakin kita pernah benci sekali dengan kata ini.
Resiko paling mungkin dari mengandalkan akses kekuasaan untuk mendapatkan sesuatu adalah tidak profesional sedangkan resiko paling buruk, setidaknya menurut saya, adalah Korupsi dan menurut Pemerintah Republik, korupsi adalah musuh kita bersama, itu yang saya baca di berita beberapa waktu yang lalu.
Semoga saya tidak salah, perihal profesionalitas kita mendapat nilai di bawah lima. Apakah ini indikator kalau di lingkungan kita, banyak orang-orang yang untuk mendapatkan sesuatu lebih banyak bergantung pada akses kekuasaan ?.
Hemat saya, untuk memperbaiki Bangkalan hal pertama yang harus kita bereskan adalah persoalan akses, terutama perihal akses kekuasaan. Itu jika kita benar-benar ingin membereskannya dan itu tentu saja sulit.
Kita memerlukan sistem yang bisa menjaring hanya orang-orang bermutu dan cakap yang lolos dalam seleksi profesi-profesi tertentu agar orang-orang ini benar-benar profesional saat dia diberikan tanggung jawab nantinya, apalagi jika tanggung jawab itu menyangkut hajat hidup orang banyak.
Jika itu tidak bisa dilakukan, saran saya untuk diri sendiri dan orang lain jika ingin sukses adalah ini, “Bangun akses ke orang-orang penting dan berkuasa”.
*Penulis adalah pengangguran yang bingung mencari kerja





