JAKARTA, KOREK.ID – Berbagai fenomena pemecatan pekerja Gen Z di perusahaan menjadi perbincangan hangat setelah laporan terbaru dari Intelligent, platform konsultasi pendidikan dan karier, menyebutkan bahwa sekitar 6 dari 10 perusahaan melaporkan telah memutus hubungan kerja dengan lulusan universitas yang baru mereka rekrut. Alasannya yang disebutkan meliputi kurangnya motivasi, profesionalisme yang rendah, serta keterampilan komunikasi yang buruk.
Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga (APINDO), Sarman Simanjorang mengatakan, tantangan yang dihadapi perusahaan dalam merekrut pekerja Gen Z memiliki berbagai aspek unik. Hal itu menurutnya, beberapa pekerja dari generasi ini terpecah antara mereka yang mencari pengalaman kerja untuk membangun usaha sendiri dan mereka yang mengalami penurunan produktivitas akibat pengaruh teknologi berbasis game.
“Games yang ada di gadget mempengaruhi sedikit produktivitas dalam pekerja Gen Z. Mereka kadang terlena dan mengurangi produktivitas dalam bekerja, bahkan target pekerjaan bisa terlambat karena kecanduan bermain game,” kata Sarman kepada CNBC Indonesia, dikutip korek.id Sabtu (18/01/2025).
Lanjut itu, dirinya menyoroti adanya risiko gangguan lain seperti keterlibatan dalam praktik judi online yang dapat memengaruhi fokus dan disiplin pekerja muda. Meski saat ini pemerintah sudah berupaya memberantas judi online untuk menjaga produktivitas pekerja muda.
“Saya rasa ini juga menjadi salah satu yang diharapkan, sehingga para pekerja-pekerja Gen Z kita tidak terganggu, dan tidak terlibat dalam praktik-praktik judi online ini,” jelasnya.
“Jadi memang kita berharap bahwa pekerja-pekerja Gen Z kita yang ada di Indonesia mereka tetap produktif, mereka tetap pekerja-pekerja yang diharapkan mampu memberikan kontribusi untuk meningkatkan produktivitas sebuah perusahaan,” tuturnya.
Lebih itu, Sarman juga mengamati adanya fenomena kerja baru yakni tren pekerja Gen Z yang cenderung tidak ingin terikat pada satu perusahaan atau lokasi kerja tertentu. Menurutnya, para pekerja Gen Z saat ini cenderung memilih bekerja tidak hanya di satu tempat.
“Mereka ingin bekerja di beberapa tempat. Misalnya, ketika sudah menyelesaikan pekerjaan sebelum jam kantor berakhir, mereka memanfaatkan sisa waktu untuk pekerjaan produktif lainnya,” terangnya
Dengan perkembangan dan kemajuan teknologi serta fleksibilitas kerja jarak jauh, pekerja Gen Z semakin memanfaatkan fasilitas seperti perangkat elektronik dan jaringan internet untuk bekerja dari mana saja, termasuk dari kafe atau rumah.
“Mereka bisa bekerja secara efektif dan profesional tanpa harus berada di kantor,” tambahnya.
Selain itu, Meski terdapat tantangan dalam merekrut pekerja Gen Z, Sarman optimistis pekerja Gen Z memiliki potensi besar untuk berkontribusi pada pertumbuhan perusahaan di era kemajuan teknologi. Untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045, peningkatan produktivitas, keterampilan, dan kompetensi pekerja muda menjadi hal yang tidak bisa diabaikan.
“Ke depan, teknologi tidak bisa dihindari. Pekerja Gen Z akan menjadi salah satu andalan kita untuk mengembangkan perusahaan dan menghadapi perkembangan teknologi di berbagai sektor,” ungkapnya.