Oleh : Abdurrohman
Membantah sebagai Calon Bayangan
Menjelang mendapatkan rekom Partai, dihembuskan isu bahwa pasangan Mathur-Jayus hanya calon bayangan untuk menjegal calon dari Bani Kholil (Baca: Keturunan Mbah Kholil).
Setelah ditelusuri siapa yang pertama menghembuskan isu itu, ternyata digulirkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Sangat mungkin mempunyai kedekatan dengan pasangan calon Lukman-Fauzan.
Tuduhan sebagai calon bayangan kepada Mathur-Jayus sekilas masuk akal. Mathur dan Fauzan mempunyai hubungan yang erat sekali. Pertama, mereka berdua sama-sama gerbong Ra Imron Fattah. Di zaman Kyai Fuad sebagai Bupati Bangkalan, mereka kerap bahu membahu walaupun di beberapa momentum, Mathur pernah bersaing dengan Fauzan di pencalonan anggota KPU Bangkalan. Termasuk momentum Pileg yang baru saja, tim keduanya rebutan pemilih.
Kedua, Mathur-Fauzan sama-sama aktif di IKAMABA (Ikatan Mahasiswa Bangkalan) Surabaya. Tentu mereka mempunyai kenangan bersama di IKAMABA. Ketiga, Mathur-Fauzan sama-sama aktif di PMII. Untuk di PMII kayaknya keduanya tidak mempunyai cerita indah. Sampai Mathur menjadi ketua IKA PMII-pun tidak terlihat Fauzan membantu Mathur dalam kepengurusan IKA PMII Bangkalan.
Berbekal tiga hubungan Mathur-Fauzan di masalalu sangat sulit bagi masyarakat Bangkalan menganggap pencalonan Mathur-Jayus merupakan keseriusan. Itu hanya rekayasa Politik untuk menjegal calon dari Bani Kholil. Tapi satu sisi, safari politik menjelang pendaftaran ke KPU, Mathur-Jayus sowan ke tokoh sekaliber KH. Makki Nasir yang merupakan Ketua PCNU Kabupaten Bangkalan, Ketua MUI, dan Bani Kholil.
Sowan yang dilakukan oleh pasangan Mathur-Jayus kepada KH. Makki Nasir, sebenarnya bisa membantah isu bahwa pasangan Mathur-Jayus hanya calon bayangan. Belum lagi sowan yang dilakukan oleh Mutmainnah (istri Mathur) kepada para Bu Nyai di Bangkalan untuk memamitkan suaminya sebagai calon Bupati Bangkalan. Ditambah lagi, Mathur-Jayus dengan sungguh-sungguh melamar KH. Hasbullah Mukhtaram sebagai Ketua Tim Suksesnya.
Video saat pemberangkatan mendaftar ke KPU, terlihat Mathur berpidato di rumahnya dan loyalitas pendukungnya terlihat saat mengantar Mathur-Jayus ke KPU dengan jalan kaki sambil membaca shalawat dan gema takbir. Fenomena itu, cukup memberikan bukti bahwa pencalonan Mathur-Jayus bukan main-main. Sulit diterima oleh akal sehat jika pasangan Mathur-Jayus bermaksud membohongi pendukungnya dan para tokoh dari kalangan Kyai dan Bu Nyai yang sudah di pamiti.
Jika pasangan Mathur-Jayus benar-benar hanya calon bayangan, tentu dari sisi Mathur sangat disayangkan. Kenapa demikian? Mungkinkah perjuangannya dulu dalam melawan tirani sehingga dirinya mendapatkan musibah “ditembak orang” mau ditukar dengan hanya sebagai “calon bayangan”. Bagaimana Mathur mempertanggung jawabkan kepada anak-cucunya? Sungguh hal ini sangat tidak masuk akal dilakukan bagi seorang Mathur. Tidakkah Mathur mempertimbangkan pepatah Madura bagi orang yang berbohong kepada orang-orang yang menaruh kepercayaan kepadanya? Pepatah Madura tersebut adalah “Takok tang Anak Tak Ning Patar Klentengngah” yang artinya dalam bahasa Madura: “Takok Tang anak tak kening kalak mantoh” (takut anak saya tidak bisa dijadikan mantu).
Kesungguhan pasangan Mathur-Jayus sebagai calon Bupati-Wakil Bupati dapat dilihat dari gelagat para pendukung Lukman-Fauzan dari barisan alumni IKAMABA. Mereka terus-terusan menggulirkan falsafah “persataretanan”. Sebenarnya ini diambil dari falsafah yang dijunjung tinggi oleh mahasiswa yang tergabung di IKAMABA hingga alumninya. Falsafah ini sudah dipatenkan menjadi ideologi; “Jhe’ Loppah Mekker Taretan” (jangan lupa memikirkan saudara).
Ungkapan persataretanan ini, secara nilai sangat bagus untuk dijadikan media penyamaan persepsi untuk menyemai yang sudah retak. Para pendukung Mathur-Jayus dari kalangan IKAMABA maupun alumninya jika tidak jeli dengan guliran wacana persataretanan akan dihantarkan pada kesadaran panopticon. Mereka akan terjerat dalam romantika masalalu sesama IKAMABA, akibatnya pendukung Mathur-Jayus akan dibuat mengurangi tensi serangan politik tanpa sadar. Mereka terdisiplinkan tanpa sadar. Jika hal ini terjadi, kekuatan politik Mathur-Jayus akan tergerus karena anggapan sebagai calon bayangan semakin mendapatkan relevansinya.
Pendukung Mathur-Jayus harus belajar dari kecendrungan kontestasi politik saat ini, mulai perhelatan Pilpres dan Pileg cendrung saling sikat, dan fakta ini tidak bisa dibantah. Jadi kalau pendukung Lukman-Fauzan terus-terusan menggulirkan ungkapan persataretanan, yakinlah itu hanya gimmick. Pendukung Mathur-Jayus harus trengginas dan jeli mementahkan guliran wacana calon bayangan melalui ungkapan persataretanan. Ingat! Modal finansial mereka sangat besar. Mereka hanya perlu menina bobok-kan pendukung Mathur-Jayus agar lengah.
Tetap semangat pendukung Mathur-Jayus!