PROBOLINGGO, KOREK.ID – Faktor kemanan dan sejumlah fasilitas yang rusak di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Mayangan, Kota Probolinggo seperti pagar dermaga, lampu penerangan minim, pendangkalan kolam labuh serta fasilitas lainnya yang kerap menimbulkan bentrok antar nakhoda hingga saat ini belum mendapat respon dari pengelola pelabuhan maupun Pemprov Jawa Timur.
Selain itu informasi yang diperoleh awak media antara lain dari salah satu mantan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Mayangan menyesalkan ditempatkannya kembali personil yang menjadi salah satu Kepala Seksi di Pelabuhan Mayangan.
“Personil ini diduga terlibat penyelundupan rokok di Pelabuhan Mayangan beberapa waktu lalu,” jelas mantan Kadis DKP yang keberatan disebut namanya.
Saat kejadian lanjutnya, dirinya mengaku belum menjadi orang nomor satu di DKP dan tidak lama kemudian yang bersangkutan dimutasi ke Cabang Dinas di Kabupaten Malang. Ditambahkan, salah satu Kabid di DKP tahu banyak tentang kejadian itu. “Pak Alan saat itu menjadi ADC Kepala Dinas,” lanjutnya.
Kembalinya yang bersangkutan di Pelabuhan Mayangan juga disesalkan oleh Ordal di UPT Mayangan. “Kami pegawai rendahan menyayangkan petinggi DKP tidak teliti dan kesannya serampangan memilih personil yang ditempatkan di posisi strategis di pelabuhan,” ungkapnya.
Ditambahkan Seksi Pelayanan Teknis Kepelabuhanan tugasnya vital mengelola tambat labuh, bongkar muat, perbaikan kapal, kesyahbandaran, keamanan, kebersihan, keselamatan kerja, penerapan mutu dan keamanan hasil tangkapan, serta penerbitan dokumen seperti SKPI, SHTI, CPIB. Mereka mengeluh karena sering menerima keluhan nelayan berurusan di sektor ini.
Dikatakan selanjutnya, reputasi Mayangan sebagai salah satu pelabuhan perikanan andalan Jawa Timur yang sudah berstatus BLUD bisa terpuruk. Kehadiran mantan ‘Bajak Laut’ demikian istilah yang mereka sebut, diakui membuat suasana kerja tidak nyaman.
Hingga saat ini petinggi DKP yang diminta konfirmasi, Kabid Tangkap, Alan Wahyu Putra, Kepala UPT Mayangan Jadmika Sufiadi, dan Kepala Seksi Pelayanan Teknis Pelabuhan, Nonot Widjajanto belum merespon.
Sebelumnya diberitakan Kiprah Kepala Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Mayangan, Probolinggo selama kurang lebih dua tahun menjabat dinilai tidak cakap mengelola pelabuhan.
“Nelayan sudah berungkali lapor kondisi sejumlah infrastruktur pelabuhan seperti pagar rusak, penerangan minim, fasilitas tambat tidak layak terutama keamanan di pelabuhan. Hal tersebut menyebabkan sering terjadi pencurian barang nelayan, Konflik antar nahkoda bahkan dibiarkan tanpa pengaturan tegas. Keluhan sudah disampaikan berkali-kali, tapi belum ada langkah nyata,” ungkap salah seorang nelayan di PP Mayangan.
Hal tersebut diakui Ordal PPP Mayangan. Diakuinya banyak nelayan menyampaikan keluhannya soal dermaga PPP Mayangan menghadapi sejumlah kendala, termasuk fasilitas yang rusak seperti pagar, lampu penerangan minim, dan masalah keamanan.
“Betul kami sering terima laporan nelayan dan sering terjadi bentrok antar nakhoda kapal berebut tempat tambat, serta adanya laporan pencurian barang on board,” jelasnya.
Salah seorang Nakhoda kapal dari Tanjung Balai yang langganan menurunkan hasil tangkapannya di Mayangan mengatakan, kecewa atas kondisi PP Mayangan yang sarat dengan kapal ikan lokal maupun non lokal akan tetapi tidak mendapatkan pelayanan yang naik lagi dari pengelola pelabuhan.
“Kami disini bayar sejumlah ketentuan seperti biaya tambat dan retribusi lainnya yang baru saja dinaikkan nilainya tetapi tidak mendapat pelayanan yang memadai,” ujarnya kecewa.
Nakhoda yang sudah belasan tahun memanfaatkan fasilitas pelabuhan Mayangan itu menilai tidak ada perubahan pelayanan dari tahun ke tahun di Mayangan. Nakhoda yang tidak bersedia disebut namanya itu menambahkan karena tempat sandar kapal terbatas dan tidak teratur Nahkoda dan awak kapal sering berselisih untuk mendapatkan tempat tambat. Kapal nelayan dari luar daerah yang masuk ke PPP Mayangan menambah kepadatan, memicu tensi antar pengguna dermaga lokal dan pendatang.
“Konflik ini kadang sampai adu fisik atau perdebatan keras, dan terjadi berulang, terutama saat musim panen ikan,” ungkapnya saat ditemui awak media di atas kapal.